Senin, Juni 27, 2016

Brek

Posted By: Utroq Trieha - 13.30
“SAYA bukan seorang profesional. Hanya pembisik yang gagal menjalankan tugas karena jatuh cinta. Perempuan itu menangis saat turun dari panggung. Perbuatan saya yang melalaikan pekerjaan mencoreng muka dan menjadikannya bahan tertawaan. Saya tidak takut dan tidak menyesal. Bukan apa-apa. Hanya saja, perempuan itu kalau sudah marah besar hingga menangis malah kian tampak cantik bukan main, ya.”

Brek hanya seorang tukang lampu dan set panggung saat bergabung di sebuah kelompok teater. Ia tinggal di kampung tidak jauh dari sanggar. Awalnya ia tidak sengaja datang dan melihat latihan. Telinganya asing saat mendengar nama-nama aneh disebut; Oedipus, Antigone, Jocasta, Ismene, dan yang lain, namun saat latihan diakhiri, Brek tanpa sadar bertepuk tangan tanpa mengerti sedikit pun Oedipus sesungguhnya bercerita tentang apa.

Keesokan hari Brek mampir lagi. Saat orang-orang di sanggar kesulitan memindah properti, Brek refleks sigap membantu. Hari berikut dan berikutnya selain memindah level, daftar pekerjaannya bertambah menjadi menyapu dan mengepel lantai sebelum dan sesudah latihan, membikin teh, mengganti galon yang kosong dengan yang isi, hingga ia memberanikan diri bertanya apakah diperkenankan menyumbang tenaga kasarnya, tak digaji gede pun tak apa-apa sepanjang ia diizinkan menonton pertunjukan dengan gratis. Ia diperkenankan untuk itu.

Selengkapnya sila simak klipingsastra.com


➖➖➖
Author Desi Puspitasari | Karya: Cerita Pendek | Terbit: 26 Juni 2016 | Diterbitkan: Koran Solo Pos


 

DESI PUSPITASARI:

Adalah penulis kelahiran Madiun yang sejak menempuh pendidikan tinggi -di Bulak Sumur- hingga kini tinggal di Jogjakarta. Selain menulis cerpen, cerber dan novel, bersama tim @JaringProject ia juga menulis naskah pertunjukan-teater.

Ads

Copyright ©2010- | Templatezy | Karya Sastra | Desi Puspitasari