ADA sebuah bar kecil di ujung jalan. Berdiri sudah sejak lama. Tanpa nama. Hanya sebuah papan tipis tergantung menempel di pintu kacanya sebagai tanda. Kalau beruntung, Anda bisa bertemu anak perempuan pemilik bar. Saat senggang atau libur kuliah ia suka datang membantu. Dan ia terkenal karena ceritanya yang menarik.
“Hanya semacam roman picisan,” katanya sambil tergelak.
Meski begitu, orang-orang tetap memaksanya bercerita. Entah karena ceritanya sendiri yang menarik atau karena mereka, para pelanggan laki-laki, senang memiliki teman seperti dia. Anda setengah mabuk dan ada seorang perempuan berbicara manis padamu itu rasanya menyenangkan. Tapi, ia tidak mau sembarangan memberikan cerita. Hanya jika ia menerima pertanyaan yang tepat.
Jadi, semisal anda datang ke bar dan melambaikan tangan dan seorang perempuan menghampiri Anda dan Anda bertanya, “Kata orang, Anda memiliki cerita menarik. Semacam roman picisan. Bisakah Anda memberi tahu saya?” Maka, ia akan menggeleng dan tersenyum. “Aku tidak punya cerita menarik. Anda mau pesan apa?”
Selanjutnya sila baca id.klipingsastra.com
“Hanya semacam roman picisan,” katanya sambil tergelak.
Meski begitu, orang-orang tetap memaksanya bercerita. Entah karena ceritanya sendiri yang menarik atau karena mereka, para pelanggan laki-laki, senang memiliki teman seperti dia. Anda setengah mabuk dan ada seorang perempuan berbicara manis padamu itu rasanya menyenangkan. Tapi, ia tidak mau sembarangan memberikan cerita. Hanya jika ia menerima pertanyaan yang tepat.
Jadi, semisal anda datang ke bar dan melambaikan tangan dan seorang perempuan menghampiri Anda dan Anda bertanya, “Kata orang, Anda memiliki cerita menarik. Semacam roman picisan. Bisakah Anda memberi tahu saya?” Maka, ia akan menggeleng dan tersenyum. “Aku tidak punya cerita menarik. Anda mau pesan apa?”
Selanjutnya sila baca id.klipingsastra.com
➖➖➖
Author Desi Puspitasari | Karya: Cerita Pendek | Terbit: 4 Maret 2012 | Diterbitkan: Koran Tempo
SOCIALIZE IT →