Jamaluddin Latif memonologkan naskah surealis Danarto tentang malaikat Jibril di Festival Teater Jakarta. Diseret ke kontekstual.
MENGENAKAN jas, malaikat itu tampak gagah. Keren. Dua sayap terkembang di punggungnya. Ia memakai sepatu bot dengan alat beroda di kaki yang bisa maju-mundur. Lalu ia berputar-putar di panggung Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pekan lalu. Itulah Jibril versi Jamaluddin latif. Terasa modern sosoknya.
Kemunculan Jibril urban ini didahului rekaman suara Jamal yang membacakan alinea pertama cerita pendek Danarto, Mereka toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat: Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon bergoyang; itulah aku….
Adalah tantangan memonologkan cerpen surealis Danarto dari kumpulan Adam Ma’rifat ini. Danarto menceritakan malaikat Jibril yang, setelah memberikan wahyu kepada para nabi, terbang melayang-layang. Di atas sebuah sekolah, ia melihat siswa-siswa yang pikirannya mampet. Ia ingin memberikan kesegaran pada otak mereka. Ia membuat genting-genting sekolah jatuh sendiri. Lubang menganga di atap dan sinar matahari masuk. Guru-guru serta murid heran. Dan menyuruh tukang kebun membersihkan.
Cerpen Danarto semuanya dinarasikan dari sudut oandnag malaikat, Kekuatan Danarto, ia mampu menyajikan tema spiritual dengan cara penglihatan baru yang tak terduga dan sering dibumbui humor. Pekerjaan Jibril adalah memberikan wahyu. Sampai hari ini mungkin bagi Danarto, Jibril terus menjatuhkan wahyu, juga kepada anak-anak. Tentu bukan wahyu dengan W besar seperti yang diberikan kepada nabi-nabi, tapi semacam percikan ‘insight’ kecerdasan atau semacam itu.
Namun sutradara Ibed Surgana Yuga bertendensi mengkontekskan kisah sureal Danarto ini. Ia tak bertahan pada sudut oandang malaikat. Desi Puspitasari, penulis skenario, memanjangkan naskah asli Danarto. Porsi tukang kebun diperbesar. Dibuat adegan tersendiri. Kalimat Danarto ditambah-tambahi. Jamal memainkan malaikat sekaligus tukang kebun dan guru.
Selengkapnya sila baca di jaringproject.com
MENGENAKAN jas, malaikat itu tampak gagah. Keren. Dua sayap terkembang di punggungnya. Ia memakai sepatu bot dengan alat beroda di kaki yang bisa maju-mundur. Lalu ia berputar-putar di panggung Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pekan lalu. Itulah Jibril versi Jamaluddin latif. Terasa modern sosoknya.
Kemunculan Jibril urban ini didahului rekaman suara Jamal yang membacakan alinea pertama cerita pendek Danarto, Mereka toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat: Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon bergoyang; itulah aku….
Adalah tantangan memonologkan cerpen surealis Danarto dari kumpulan Adam Ma’rifat ini. Danarto menceritakan malaikat Jibril yang, setelah memberikan wahyu kepada para nabi, terbang melayang-layang. Di atas sebuah sekolah, ia melihat siswa-siswa yang pikirannya mampet. Ia ingin memberikan kesegaran pada otak mereka. Ia membuat genting-genting sekolah jatuh sendiri. Lubang menganga di atap dan sinar matahari masuk. Guru-guru serta murid heran. Dan menyuruh tukang kebun membersihkan.
Cerpen Danarto semuanya dinarasikan dari sudut oandnag malaikat, Kekuatan Danarto, ia mampu menyajikan tema spiritual dengan cara penglihatan baru yang tak terduga dan sering dibumbui humor. Pekerjaan Jibril adalah memberikan wahyu. Sampai hari ini mungkin bagi Danarto, Jibril terus menjatuhkan wahyu, juga kepada anak-anak. Tentu bukan wahyu dengan W besar seperti yang diberikan kepada nabi-nabi, tapi semacam percikan ‘insight’ kecerdasan atau semacam itu.
Namun sutradara Ibed Surgana Yuga bertendensi mengkontekskan kisah sureal Danarto ini. Ia tak bertahan pada sudut oandang malaikat. Desi Puspitasari, penulis skenario, memanjangkan naskah asli Danarto. Porsi tukang kebun diperbesar. Dibuat adegan tersendiri. Kalimat Danarto ditambah-tambahi. Jamal memainkan malaikat sekaligus tukang kebun dan guru.
Selengkapnya sila baca di jaringproject.com
➖➖➖
Pentas Teater: Menjaring Malaikat | Sutradara: Ibed Surgana Yuga | Penulis Naskah: Desi Puspitasari | Aktor (tunggal): Jamaluddin Latif | Produksi: JaringProject | Pentas: TIM Jakarta, 29 November 2016 | Diliput: Majalah Tempo
SOCIALIZE IT →