MARIA Lodewick tercenung di atas kasur. Tatapannya kosong. Rambutnya yang hitam-cokelat tergerai kusut. Tangannya merogoh bagian bawah bantal. Sebuah buku lusuh penuh tulisan tangan dibuka. Pada halaman pertama sebuah foto melayang jatuh. Tangan kurus Lodewick menengadah cepat menahan. Mungkin ini untuk kali ke sekian ia menatap foto tersebut. Seorang perempuan berayun gembira. Tawanya lebar, Matahari bersinar cerah. Angin menyibak rambutnya ke belakang.
”Kamu terlalu berani.” Lodewick menekuk-nekuk jarinya gelisah hingga bersuara kemeletuk.
Selengkapnya sila simak id.klipingsastra.com
***
”He, Lodewick!” Ele berseru sambil menghentikan ayunan. Lodewick berhenti mengamati foto dalam genggaman. Ele menggaruk betis menggunakan ujung sepatu. ”Masih ingat tentang laki-laki paruh baya tampan di perpustakaan kota? Yang aku temui saat aku mengembalikan buku pinjamanmu—kau demam karena flu. Dan aku mengaku suka membaca buku filsafat dan sastra tebal.””Kamu terlalu berani.” Lodewick menekuk-nekuk jarinya gelisah hingga bersuara kemeletuk.
Selengkapnya sila simak id.klipingsastra.com
➖➖➖
Author: Leikha Haryanto | Karya: Cerita Pendek | Terbit: 14 Agustus 2016 | Diterbitkan: Koran Solo Pos
SOCIALIZE IT →